Jumat, 09 November 2012

Samsung Solar Powered Internet School

Menyediakan ruang kelas berukuran 12 meter dengan computer dan internet



Samsung menanggulangi masalah kurangnya pendidikan di Afrika dengan cara sederhana, namun inspiratif.

Disebut technology-rich learning and teaching, dengan ruang sekolah K12 untuk 12 meter untuk 21 murid. Dibuat dari kontainer dan dipasangkan solar cell untuk pembangkit bagi perangkat computer dan internet. Di masing masing meja terdapat notebook untuk membuka internet dan pendapatkan konten pendidikan.

Rencananya pilot project ini akan diperluas ke beberapa negara yang membutuhkan.

sumber: http://obengon.com/berita.php?id=10823

Apa dampak melemahnya produsen Jepang bagi penguna

Mengapa merek Jepang harus mengalami kerugian

Jepang terkenal sejak tahun 80 dan 90an, membuat produk inovasi. Sekarang tergerus pasarnya oleh Samsung, LG dan produsen dari China. Pesaing produsen Jepang membawa produk ke pasar murah dan lebih cepat masuk ke pasar.

Menurut Takahiro Fujimoto dari universitasy Tokyo, Jepang kalah agresif bersaing dengan negara lain. Produk Jepang memang memfokus ke produk high end, biaya lebih tinggi dan keuntungan lebih baik.

Kebangkitan produk Jepang terjadi di tahun 2000an. Didorong melemahnya Yen membuat produk Jepang lebih terjangkau di seluruh dunia. Amerika ketika itu mulai booming, ekonomi membaik dengan suntikan dana. Properti menjadi produk unggulan dengan kredit murah. Tetapi di era 2008, gelembung ekonomi Amerika pecah, memberikan dampak krisis ekonomi sampai berimbas ke zone Eropa.

Apa yang terjadi dengan produsen Jepang baru baru ini. Kebangkitan pabrik Jepang berdekatan dengan jatuhnya ekonomi Amerika. Ketika itu banyak produsen membuat televisi layar lebar sampai tipe HDTV. Sony , Sharp, Pioneer dan Panasonic mendominasi produk televisi di Amerika.

Sony memasuki produk computer, Kenwood dan JVC sukses di produk audio dan lainnya. Tetapi membuat infrastruktur pabrik tidak murah. Banyak produsen Jepang ketika itu membangun pabrik baru untuk menambah kapasitas produksi. Lagi lagi biayanya mencapai milyaran dollar untuk membangun pabrik berteknologi tinggi. Ketika ekonomi surut, pabrik Jepang terbebani dengan biaya pabrik yang mahal. Konsumen kelas atas tidak tertarik membeli produk high end dan produk murah malah lebih diminati.

Sharp ditahun 2000 sampai 2007 membuat produk Aquos high end televisi layar datar. Pabriknya canggih berada di Kameyama. Ketika ekonomi melemah, pasar LCD ikut surut dan ponsel Sharp ikut terpangkas sampai separuh. Belum lagi pesaingnya dari iPhone mulai merambah pasar global. Tidak hanya produk ponsel dan televisi, Sharp terbebani dengan pabrik solar cell asal China. Shap melakukan putaran yang baik dengan membuat layar smartphone yang lebih kecil seperti untuk iPad dan iPhone. Walau Sharp harus melepas keuntungan selama beberapa tahun lalu, setidaknya masih bisa bertahan dan entah sampai berapa lama lagi.

Panasonic memasuki industri panel surya dan baterai seperti Sharp. Panasonic juga terpukul bisnisnya seperti Sharp. Panasonic memiliki unit TV Plasma, sekarang kita tahu produk tersebut tidak laku lagi.

Sony memiliki lebih banyak bisnis dari perusahaan Jepang lainnya. Seperti bisnis konten, film, musik, game dan lainnya. Walau sempat merugi dan melakukan PHK, inovasi produk Sony masih tetap terlihat. Sony memiliki produk OLED, sekarang berhadapan dengan Samsung dan LG.

Siapa yang bertahan. Bisa belajar dari Apple, masih tetap mempertahankan produk high end dengan keuntungan lebih baik. Tetapi tidak lepas dari tekanan produk lain seperti yang terjadi dengan perusahaan asal Jepang. Apple lebih beruntung, tidak melakukan investasi besar pada pabrik. Tetapi melakukan pemesanan ke pabrik lain. Apple tidak mau tergantung ke satu pabrik tunggal seperti Foxconn. Semua dipesan dari pabrik berbeda, seperti Samsung (sebelum ribut paten), kaca dari Corning dan masih mengambil komponen dari pabrikan lain seperti Intel, Nvidia, Panasonic, Toshiba dan total 150 rekanan Apple.

Apa benar analis mengatakan seperti ini. Dari sisi berbeda bagi konsumen. Dampak krisis ekonomi akan memberikan harga lebih murah di negara lain, walau tidak banyak lagi ditemukan produk high end yang dibuat pabrikan asal Jepang.

sumber: http://obengon.com/berita.php?id=10840